Five Horizons   untuk mereka yang kesepian, dan terasing, di rumahnya sendiri...

Saturday, July 03, 2004

GAYA JALANAN

Postingan kali ini gue akan ngomingin tentang: GAYA JALANAN atau dalam bahasa sundanya 'street wear'. Masyarakat kita yang sebelumnya awam tentang mode, kini sepertinya tidak mau ketinggalan. Mungkin ini disebabkan maraknya pertumbuhan mall di seantero jakarta. Entah ini pengaruh baik atau buruk, yang jelas mereka rela merogoh kantong untuk membeli pakaian dan aksesori yang sedang tren saat ini. Sekedar gambaran, orang-orang yang bekerja di perkantoran seputaran Thamrin - Sudirman, Jakarta, yang setiap hari menunggu bus (trans jakarta :p) di sepanjang jalan itu. Dilihat dari sisi penampilan dan busana yang dikenakan terlihat bagus dan gaya. Tidak perlu berbiaya tinggi, orang juga bisa tampil fashionable.

Fashionable kini bukan lagi monopoli tokoh ternama atau kaum selebritis. Sekarang, siapapun bisa tampil se-fashionable mungkin. Dengan adanya kemudahan di bidang teknologi informasi, mode menjadi cepat tersebar dan merata. Konsumen dirangsang untuk menyesuaikan diri dengan tren yang berlaku saat itu dan menghindar dari sebutan ketinggalan mode. Meskipun banyak juga yang menjadi korban.

Di awal 90-an, sebuah tren yang diperkenalkan perancang dapat dinikmati konsumen sampai dua-tiga tahun. Namun kini, perubahannya semakin cepat. Hanya dalam waktu 3-4 bulan tren pakaian sudah berganti dengan yang baru. Lihat saja, gaya halter sudah populer, sudah datang gaya asimetris dan lengan kelelawar. Belum lama gaya itu dinikmati, muncul gaya blus gipsi romantis sebagai gantinya. Dan, mengikuti tren fashion ini bukan lagi hak kalangan jet set semata, tetapi perilaku yang mirip penyakit ini dengan mudahnya ditiru masyarakat menengan - bawah. Bahkan, sudah mewabah ke semua golongan usia, baik tua-muda, pelajar, mahasiswa, profesional maupun pengusaha.

Mode pun bergulir yang dulu cacat kini jadi berkilat tergantung siapa yang memakainya. Dulu, di negeri asal-usulnya, jeans sobek atau jahitan mbrodol ini disebut unfinished. Busana yang belum selesai. Paradigma tren busana memang bergeser perlahan. Munculnya konsep cute grunge, yang akhirnya di blantika fesyen bernaung di bawah tema besar "unfinished", filosofinya adalah memadu kecantikan dan kesembarangan. Busana unfinished berevolusi dari gaya street fashion atau model anak jalanan. Grup musik The Tokyo Sex Pistols dinilai oleh banyak pengamat mode berhasil mengawinsilangkan punk dan unfinished. Busana mereka cabik-cabik, berjumbai, berhiaskan patchwork (tempelan kain menyerupai tambalan), sulaman compang-camping, plus rantai serta retsleting sebagai aksesori. Peleburan gaya punk dan bohemian diekspresikan lewat gelang tribal dan ikat pinggang metal.

Gaya jalanan diciptakan oleh subkultur masyarakat perkotaan dan memberi banyak sumbangan munculnya gaya sesaat maupun kecenderungan mode yang lebih panjang umurnya. Tiap gaya memiliki konsumen masing-masing. Tidak ada aturan pasti tentang apa yang dikenakan, dan tidak ada kesepakatan tentang mode ideal dalam mewakili budaya kontemporer. Meskipun sebenarnya, di Jakarta, moda angkutan kita tidak terlalu mendukung street wear ini. Mungkin mall wear kali yee...

Di Indonesia perilaku fashionable ini sebenarnya sudah ada dalam kultur masyarakat kita sejak zaman baheula. Ini terbukti dari beragamnya corak busana di tiap-tiap daerah di Indonesia. Karena itu, tak heran bila masyarakat kita senang memperhatikan tren busana.

Nah, bila anda memang sudah berbulat tekad untuk berbusana gaya jalanan, jangan kaget kalau tiba-tiba dipanggil oleh seseorang (yang tidak dikenal) dan diberi uang recehan, karena anda dikira 'anak jalanan'.

|

posted by Autotechnology on 10:27 AM | permalink